jpnn.com, JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap USD yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi tergelincir 56 poin atau 0,35 persen menjadi Rp 15.840 per USD dari sebelumnya sebesar Rp 15.784 per USD.
Pelemahan rupiah terjadi rilis data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) Oktober 2024.
Pada awal perdagangan Kamis, rupiah turun 56 poin atau 0,35 persen menjadi Rp 15.840 per USD dari sebelumnya sebesar Rp 15.784 per USD.
"Tren penguatan USD masih berlanjut karena pasar masih mengantisipasi kemungkinan kebijakan perang dagang atau kenaikan tarif perdagangan AS di pemerintahan Trump," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Inflasi utama bulanan AS tercatat sebesar 0,2 persen month on month (mom), sesuai dengan ekspektasi. Inflasi utama tahunan sedikit naik menjadi 2,6 persen year on year (yoy), juga sejalan dengan estimasi pasar.
Data IHK tersebut meningkatkan ekspektasi investor mengenai kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan pada Desember 2024.
Indeks USD rebound karena beberapa pernyataan dari pejabat Fed, yang mendukung untuk mempertahankan pendekatan hati-hati mereka mengenai jalur Fed Funds Rate (FFR). Meskipun mereka mengatakan tentang kemajuan disinflasi di AS, mereka cenderung mempertahankan sikap pendekatan bertahap untuk penurunan suku bunga kebijakan.
Akibatnya, ekspektasi FFR high-for-longer pada tahun 2025 meningkat, sehingga mendorong permintaan USD.
Indeks USD naik sebesar 0,43 persen menjadi 106,48 dan yield US Treasury 10 tahun meningkat sebesar dua basis poin (bps) menjadi 4,45 persen.
Josua memperkirakan kurs rupiah berada di rentang Rp 15.725 per USD sampai dengan Rp 15.850 per USD pada perdagangan hari ini.(antara/jpnn)