jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan sejak awal Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memang dirancang untuk hadir di tengah komunitas dengan kapasitas besar dan kesiapan operasional yang mumpuni, terutama saat kondisi bencana.
"Dari awal kami sudah memprediksi suatu hari, (SPPG) ini akan bermanfaat ketika darurat terjadi. Ini sudah terbukti ketika banjir di Cikarang. Kemudian BNPB mendirikan tenda. Kemudian Babinsanya bingung harus minta bantuan ke mana? Ke SPPG. Jadi kami ngasih makan yang di Cikarang itu pagi, siang, malam," kata Dadan dalam keterangannya, Rabu (10/12).
Dia menyebut hal serupa terjadi saat erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur. SPPG kembali menjadi unit yang menangani kebutuhan pengungsi secara cepat.
Kini, bencana alam yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara (Sumut), dan Sumatra Barat (Sumbar), SPPG kembali menjadi layanan pertama yang hadir membantu masyarakat.
Saat ini terdapat 106 SPPG di Aceh, 148 di Sumut, dan 66 di Sumbar yang aktif melayani pengungsi.
Secara total, 320 SPPG beroperasi di tiga provinsi tersebut dan lebih dari 600 ribu porsi makanan per hari telah diberikan.
"Alhamdulillah di hari pertama kejadian yang siap melayani pengungsi adalah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi. Dan hari ini ada 106 SPPG di Aceh yang melayani pengungsi. Ada 148 yang melayani di Sumatra Utara dan 66 di Sumtera Barat. Jadi sekarang ada 320 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi yang berperan dan berfungsi melayani para pengungsi. Lebih dari 600 ribu porsi setiap hari melayani para pengungsi," papar Dadan.
Menurut Dadan, keberhasilan ini tidak lepas dari desain SPPG sebagai unit semi-industri dengan standar peralatan tinggi dan SDM terlatih.

2 hours ago
1




















































