jpnn.com, JAKARTA - Ketua Dewan Pers Komarudin Hidayat menyatakan pentingnya kolaborasi lintas lembaga dalam menghadapi tantangan penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI) di dunia media.
Dia menjelaskan kehadiran teknologi AI merupakan bentuk metamorfosis baru bagi industri media, tetapi membawa risiko meningkatnya penyebaran hoaks, disinformasi, dan ujaran kebencian.
Hal itu disampaikan dalam kegiatan Literasi Media di Era Artificial Intelligence (AI) yang bertajuk Membangun Masyarakat dan Jurnalisme yang Etis dan Bertanggung Jawab bersama dewan pers di Kantor Dewan Pers, Jakarta Pusat, Kamis (9/10).
“Ini perlu pendekatan bersama. Jadi Dewan Pers, kemudian para konstituen, Komdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital), dan mungkin beberapa Menteri Pendidikan, Menteri Agama, harus merasa terpanggil untuk melakukan edukasi secara bersama-sama,” kata Komarudin.
Menurutnya, kemampuan masyarakat dalam membedakan informasi asli dan palsu kini makin sulit.
"Masyarakat kan tidak tahu. Jangankan masyarakat, di kalangan guru-guru saja mungkin sebagian juga masih asing terhadap AI ini,” katanya.
Lebih lanjut, Komarudin menyatakan edukasi publik menjadi langkah mendesak.
Sementara itu, Direktur Public Affairs & Communication GoTo, Ade Mulyana menyatakan pentingnya literasi media di tengah derasnya arus informasi digital.