Dalam Kesunyian Adven dan Sukacita Natal, Jerit HAM Papua yang Tak Terdengar

1 hour ago 1

Oleh: Laurens Ikinia - Peneliti di Institute of Pacific Studies; Dosen Hubungan Internasional UKI, Jakarta

Dalam Kesunyian Adven dan Sukacita Natal, Jerit HAM Papua yang Tak Terdengar

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Peneliti di Institute of Pacific Studies dan Dosen Hubungan Internasional UKI, Jakarta Laurens Ikinia. Foto: Source for JPNN.com

jpnn.com - Di tengah hangatnya sukacita Natal dan renungan hening Adven yang menyelimuti umat Kristiani di seluruh dunia, Desember juga mengingatkan kita pada janji hak asasi manusia yang disuarakan setiap 10 Desember.

Namun di Indonesia, momen-momen suci ini justru menyoroti sebuah paradoks yang dalam: sementara hukum dan konstitusi menjunjung tinggi martabat manusia, tanah Papua—yang sering disebut sebagai “titisan surga” di timur Nusantara—ternyata masih menjadi episentrum luka kemanusiaan yang belum kunjung pulih.

Dalam kontras yang menyayat, masa penantian dan kegembiraan iman ini justru menguatkan doa dan harapan agar pesan perdamaian dan keadilan tak hanya bergema di gereja, tetapi juga merasuk ke setiap jengkal bumi yang terluka.

Di bumi Cenderawasih, penantian akan janji negara berlangsung bak masa Adven yang tak kunjung usai—sebuah pengharapan panjang atas komitmen yang hidup, bukan sekadar terpatri dalam ratifikasi kovenan atau terkurung dalam laporan resmi.

Namun yang kerap datang bukanlah kedamaian, melainkan deru helikopter, rentetan tembakan, dan kesunyian negara di hadapan tangisan korban.

Papua telah lama melampaui wacana administratif. Ia kini menjadi lanskap ujian paling nyata bagi klaim Indonesia sebagai negara yang menjunjung hak asasi manusia.

Di sini, HAM bukan abstraksi, melainkan realitas perih: tubuh yang tercabik, suara yang dibungkam, dan nyawa yang raib tanpa jejak keadilan.

Laporan-laporan organisasi hak asasi manusia, baik dari dalam negeri seperti Kontras, Imparsial, dan Pusaka, maupun dari badan internasional, secara konsisten mengungkap pola pelanggaran yang berulang: kekerasan aparat, pembatasan kebebasan sipil, hingga kesenjangan pembangunan yang kian menganga.

Di bumi Cenderawasih, penantian akan janji negara berlangsung bak masa Adven yang tak kunjung usai—sebuah pengharapan panjang atas komitmen yang hidup.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
Koran JPP|