jpnn.com - JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun ada 3.000–5.000 bayi terlahir dengan kondisi Down Syndrome, dengan perkiraan 1 kejadian Down Syndrome per 1.000–1.100 kelahiran di seluruh dunia.
WHO juga menyebutkan, secara global saat ini diperkirakan terdapat kurang lebih 8 juta penderita Down Syndrome.
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010–2018, kejadian Down Syndrome memiliki kecenderungan meningkat.
Tercatat kelainan sejak lahir untuk anak berusia 24–59 bulan sebanyak 0,41 persen dan Down Syndrome dialami oleh 0,21 persen kelompok usia tersebut pada 2018.
"Kami memperkenalkan layanan Non-Invasive Prenatal Testing (NIPT) yang mampu mendeteksi risiko kelainan kromosom seperti Down Syndrome secara dini pada ibu hamil," kata Country Director PT Cordlife Persada, Retno Suprihatin dalam media briefing, Rabu (6/11).
Dengan peluncuran Laboratorium Diagnostik Molekuler di Jakarta, Cordlife Persada siap menjadi pusat pemeriksaan NIPT tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga sebagai hub regional bagi anak perusahaan Cordlife di Malaysia, Hong Kong, dan Filipina.
Tes NIPT memungkinkan Ibu hamil mendeteksi potensi kelainan kromosom pada janin, termasuk trisomi 21 (Down Syndrome), trisomi 18 (Edwards Syndrome), dan trisomi 13 (Patau Syndrome), hanya melalui sampel darah ibu yang mengandung fragmen DNA janin.
Pemeriksaan ini sangat sensitif, bahkan dapat dilakukan sejak usia kehamilan 10 minggu, memberikan kesempatan bagi orang tua untuk mempersiapkan diri lebih awal.