jpnn.com, JAKARTA - Polemik seputar perbedaan hasil survei bukan hanya terjadi di Jakarta. Hal serupa juga terjadi dalam kontestasi Pilgub NTT. Kali ini, ada dua lembaga yang berbeda, yakni Indikator Politik Indonesia dan Voxpol Center.
Untuk mengurai polemik, Dewan Etik Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) berencana memeriksa dua lembaga survei tersebut. Namun, alih-alih membuka data, Voxpol memilih mundur.
“Sebetulnya kami sudah merencanakan (pemeriksaan dan klarifikasi) Indikator sama Voxpol di NTT, tapi surat belum ditandatangani (Voxpol) sudah mundur," kata Dewan Pakar Persepi Hamdi Muluk saat diwawancarai media, Kamis (7/11).
Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago membenarkan surat keluar lembaganya dari Persepi. Namun, Pangi tidak menjelaskan alasan Voxpol keluar.
Founder sekaligus Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, menyatakan lembaganya siap buka-bukaan terkait survei Pilgub NTT.
“Sebagai anggota Persepi, kita terikat kode etik. Karenanya, kami siap buka-bukaan data, juga diperiksa oleh Dewan Etik Persepi,” kata Burhanuddin di sela-sela rilis survei Pilkada Kabupaten Majalengka secara virtual, Kamis (7/11).
Seperti diketahui, dalam survei Indikator terkait kontestasi Pilgub NTT pada periode awal Oktober 2024, elektabilitas pasangan Ansy Lema dan Jane Natalia berada di angka 36,6 persen. Menyusul Melki Laka Lena dan Johni Asadoma (27,4 persen), lalu Simon Petrus dan Adrianus Garu (23,9 persen).
Sementara hasil survei Voxpol, ada perbedaan. Ini karena elektabilitas tertinggi diperoleh Melki-Asadoma dengan 37,6 persen, menyusul Ansy-Jane 34,8 persen, lalu Simon-Andreas 19,8 persen. (dil/jpnn)