Polisi menembakkan gas air mata beberapa kali ke arah ribuan mahasiswa, pelajar, dan warga yang melempar batu, sementara para pengunjuk rasa melemparkan batu dan botol ke arah petugas, hari Senin kemarin.
Polisi menembakkan gas air mata saat pengunjuk rasa berusaha mencapai gedung DPR RI, karena mereka ingin memprotes tunjangan untuk DPR yang dinilai terlalu besar.
Mereka juga menunutut pembubaran DPR, pengesahan RUU Perampasan Aset, menolak pendidikan yang dikomersialisai, serta harus dihentikannya praktik polisi dinasti.
Para pengunjuk rasa geram dengan laporan yang menyebutkan 590 anggota DPR RI menerima berbagai tunjangan, seperti tunjangan rumah.
Sebelumnya warga juga melampiaskan kemarahannya di media sosial dengan jumlah gaji dan tunjangan yang diterima anggota DPR di tengah kesulitan ekonomi yang dialami rakyar Indonesia.
Menurut sejumlah laporan anggota DPR menerima gaji lebih dari 100 juta rupiah per bulan ditambah tunjangan sebesar Rp50 juta per bulan.
Tunjangan rumah ini setara dengan 20 kali lipat upah minimum di sejumlah daerah, bahkan masih ada warga yang pendapatannya hanya sekitar Rp3 juta bahkan lebih rendah lagi.
DPR mengatakan akan lakukan introspeksi
Menanggapi unjuk rasa yang digelar Senin kemarin, Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad mengatakan dirinya "menghormati" hak warga untuk berkumpul dan menyampaikan pendapat, termasuk menyampaikan aspirasi kepada DPR.