3 hours ago
4
jpnn.com - Sekolah, dalam pandangan umum, adalah tempat belajar. Namun jika ditelisik lebih jauh, sekolah bukan sekadar bangunan berdinding semen dengan papan tulis dan deretan kursi.
Ia adalah organisme hidup—berdenyut oleh semangat para guru, bernapas melalui keriuhan murid-murid, dan tumbuh lewat perjuangan panjang yang sering kali tidak terlihat.
Sekolah menyimpan jejak sejarah, nilai, dan tradisi yang membentuk peradaban dalam skala kecil, namun dengan dampak besar bagi masa depan bangsa.
Banyak sekolah hari ini berdiri megah dan mapan. Namun, jejak awalnya sering kali dimulai dengan kesederhanaan, bahkan keterbatasan.
Sekolah-sekolah swasta maupun negeri yang kini berjaya tak jarang dulu hanya berupa satu ruang kelas, satu orang guru yang merangkap segala hal, dan sekelompok anak yang belajar di bawah pohon atau di bangunan seadanya.
Tidak ada laboratorium, tidak ada pendingin ruangan, dan tidak ada proyektor canggih—yang ada adalah semangat, keyakinan bahwa pendidikan bisa mengubah nasib.
Dalam ruang dan waktu seperti itulah tradisi terbentuk. Tradisi bukanlah warisan instan; melainkan lahir dari konsistensi, dari keberanian bertahan, dan dari kebersamaan yang terus dirawat.
Ketika seorang guru menempuh belasan kilometer setiap hari hanya untuk mengajar; ketika upacara bendera tetap dilaksanakan meski halaman sekolah berlumpur; ketika komunitas sekolah memilih gotong royong memperbaiki atap yang bocor ketimbang menunggu dana datang—di sanalah tradisi pendidikan sedang dibentuk.
