jpnn.com, TANGERANG - Suara gamelan berpadu dengan gemericik air di tepi kanal Batavia PIK, sedangkan para delegasi dari berbagai negara yang menghadiri Wonderful Indonesia Tourism Fair (WITF) 2025 menyesap teh melati di bawah langit senja.
Di panggung utama, tari Batavia Tales Episode 2 menggulirkan kisah tentang pertemuan masa lalu dan masa kini, sebuah simbol dialog lintas budaya yang menjadi napas dari salah satu pameran pariwisata terbesar di Indonesia itu.
Ekshibisi pariwisata yang berlangsung di Nusantara International Convention Exhibition (NICE) PIK 2, Tangerang, pada 10-12 Oktober 2025, itu bukan sekadar ajang transaksi bisnis. WITF menjelma menjadi platform diplomasi budaya yang memadukan ekonomi kreatif, pariwisata, dan kebanggaan nasional.
Di tengah derasnya arus globalisasi, WITF menjadi ruang untuk memperlihatkan Indonesia berbicara dengan bahasanya sendiri, yakni bahasa keramahan dan keberagaman.
“Dengan adanya NICE, industri MICE (meetings, incentives, conferences, and exhibitions , red) kita tidak hanya tumbuh, tetapi memberi dampak bagi promosi pariwisata Indonesia ke luar negeri,” ujar Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Hariyadi Sukamdani pada penutupan WITF 2025.
Kalimatnya terdengar sederhana. Namun, pernyataan Haryadi itu menggambarkan cita-cita besar, yakni menjadikan Indonesia rumah bagi event kelas dunia.
PIK Tourism Board (PTB) sebagai Official Hospitality Partner untuk WITF pun memastikan setiap tamu merasakan kehangatan khas Indonesia. Sejak melangkahkan kaki pertama kali di NICE hingga momen terakhir di Batavia Dinner, para tamu dan delegasi disuguhi pengalaman baru yang dirancang sebagai perjalanan penuh cerita tentang Indonesia modern, terbuka, dan berbudaya.