Banjir Sumatra dan Luka Hulu DAS, Profesor Abdul Hamid: Peringatan Keras dari Alam yang Lama Diabaikan

1 day ago 5

 Peringatan Keras dari Alam yang Lama Diabaikan

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Profesor Riset BRIDA Jawa Timur Profesor Abdul Hamid (kiri). Foto: Source for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Profesor Abdul Hamid dari BRIDA Jawa Timur mengatakan banjir bandang yang kembali melanda Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh pada awal bulan ini menghadirkan gambaran memilukan tentang kerentanan ekologis di kawasan tersebut.

Jalan penghubung antarkabupaten terputus, ribuan rumah terendam, ratusan warga mengungsi, dan puluhan titik longsor menutup akses vital.

“Di beberapa daerah, air bah datang membawa gelondongan kayu, bongkahan tanah, dan material bebatuan dari perbukitan, bukti nyata dari kerusakan lingkungan yang kian akut,” ujar Profesor Abdul Hamid dalam pesan terbuka kepada Presiden Prabowo Subianto pada Sabtu (6/12/2025).

Prof Abdul Hamid mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat dalam laporan siaga hidrometeorologi terakhir bahwa lebih dari 60 persen wilayah Sumatra kini masuk kategori rawan banjir dan longsor akibat penurunan tutupan hutan dalam dua dekade terakhir.

Sementara data dari KLHK menunjukkan tutupan hutan di Sumatra merosot dari 11,2 juta hektare pada 2000 menjadi sekitar 8,9 juta hektare pada 2023 atau hilang hampir 2,3 juta hektare.

“Penurunan terbesar terjadi di kawasan hulu DAS yang menjadi sistem penyangga banjir,” ujar Prof Abdul Hamid.

Menurut Profesor Abdul Hamid, pesan yang disampaikan kepada presiden dan pemangku kepentingan bukan sekadar keluhan, melainkan analisis yang merangkum akar persoalan yang selama ini disuarakan para ahli.

“Mulai dari rusaknya hulu DAS, maraknya illegal logging, dan dampak perubahan iklim yang memperburuk cuaca ekstrem,” ujar Prof Abdul Hamid.

Profesor Riset BRIDA Jawa Timur Profesor Abdul Hamid mengatakan banjir bandang di Sumatra menghadirkan gambaran memilukan tentang kerentanan ekologis.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
Koran JPP|