Peristiwa 17 Oktober 1952, Kekecewaan Tentara dan Moncong Meriam Mengarah ke Istana

2 hours ago 1

Peristiwa 17 Oktober 1952, Kekecewaan Tentara dan Moncong Meriam Mengarah ke Istana

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Ilustrasi di Istana Merdeka. Foto : Ricardo

jpnn.com - Peristiwa 17 Oktober 1952 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan sejarah Indonesia, wabilkhusus Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Pada tanggal itu, salah satu matra di TNI tersebut mengarahkan moncong meriamnya ke Istana Merdeka yang menjadi tempat tinggal Presiden Pertama RI Bung Karno.

Salah satu tokoh penting dalam peristiwa yang sering dianggap sebagai ‘setengah kudeta’ itu ialah Kemal Idris. Kala itu, Kemal merupakan tentara berpangkat mayor yang mengomandani Resimen ke-7 Divisi Siliwangi.

“Kemal Idrislah yang menghadapkan meriam ke Istana,” demikian dituturkan Zulkifli Lubis dalam buku ‘Memoar Senarai Kisah Sejarah’ terbitan Grafiti.

Zulkifli mengaku bersahabat dengan Kemal. Namun, pada masa-masa sekitar Peristiwa 17 Oktober 1952, keduanya dalam posisi berseberangan.

“Kami berbeda pendapat karena Kemal terbawa oleh penjelasan dari kelompok Nasution dan kawan-kawan,” imbuh Zulkifli dalam buku yang dirilis pada 1993 itu.

Adapun Kemal melalui bukunya yang berjudul Bertarung Dalam Revolusi menuturkan dirinya dipanggil menghadap Kolonel A.H. Nasution pada September 1952. Kala itu, Pak Nas -panggilan akrab Nasution- merupakan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

“…. saya dipanggil oleh pimpinan Angkatan Darat, Kolonel A.H. Nasution, untuk membicarakan keadaan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) yang dianggap tidak mampu karena banyak anggotanya terpengaruh oleh cara berpikir gaya Belanda,” ujar Kemal Idris dalam biografinya yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan tersebut.

Kemal menuturkan pada masa itu politik jauh lebih menonjol ketimbang ekonomi. Namun, perpolitikan justru gonjang-ganjing, bahkan ada kabinet pemerintahan yang cuma bertahan enam bulan.

Tentara berdarah Minang itu menggambarkan kemerosotan ekonomi yang terjadi saat politik menjadi panglima. Misalnya, kurs rupiah terpuruk dibandingkan mata uang asing.

Peristiwa 17 Oktober 1952 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan sejarah Indonesia, wabilkhusus TNI AD. Begini kisah soal moncong meriam dan Istana.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
Koran JPP|