jpnn.com, JAKARTA - Industri pertambangan nasional, khususnya batu bara, kini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, sektor ini menjadi tulang punggung perekonomian, namun di sisi lain harus menghadapi tekanan ganda yakni anjloknya nilai ekspor dan tuntutan masif untuk bertransisi menuju praktik yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor batu bara periode Januari–Juni 2025 tercatat hanya USD 11,97 miliar, tunan tajam sebesar 21,09% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan nilai ini juga diiringi merosotnya volume penjualan sebesar 6,33% (year-on-year).
Di tengah tantangan harga dan volume ini, pelaku industri juga dihadapkan pada agenda transisi energi nasional.
Kombinasi tekanan pasar dan tuntutan keberlanjutan menjadikan efisiensi operasional dan keandalan peralatan sebagai mantra baru yang harus dipegang teguh.
Fenomena ini menjadi latar belakang utama partisipasi PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) dalam ajang bergengsi Minerba Convex 2025 yang berlangsung pada 15–16 Oktober 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC).
Melalui pameran ini, EMLI tidak sekadar memamerkan produk, tetapi menegaskan posisinya sebagai mitra strategis yang membawa solusi inovatif untuk menjawab tantangan fundamental industri.
"ExxonMobil melalui EMLI terus memperkuat posisinya sebagai mitra strategis industri pertambangan nasional. Kami berkomitmen melalui inovasi pelumasan dan layanan khusus yang membantu pelaku industri meningkatkan efisiensi, keandalan, dan keberlanjutan operasional," ujar Presiden Direktur PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI), Syah Reza, Minggu (19/10).