jpnn.com, JAKARTA - Setahun menjabat sebagai wakil presiden, Gibran Rakabuming Raka dinilai gagal mewujudkan ekspektasi besar generasi muda yang sempat menaruh harapan pada sosoknya.
Figur muda yang dahulu didambakan sebagai simbol perubahan kini dianggap belum menunjukkan arah politik yang berpihak pada aspirasi anak muda.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif SCL Taktika, Iqbal Themi, menilai Gibran tertawan dua narasi besar yang berjalan seiring namun saling bertolak belakang.
Di satu sisi, ia diharapkan menjadi wajah baru politik muda yang progresif, tetapi di sisi lain ia juga dibaca publik sebagai simbol keberlanjutan dinasti kekuasaan keluarga Jokowi.
Menurut Iqbal, benturan dua narasi itu membuat langkah politik Gibran gamang dan kehilangan arah.
“Gibran seperti berdiri di antara dua dunia kekuasaan, yakni generasi lama yang masih dominan dan pegang kendali serta generasi muda yang mulai kecewa karena tak merasa diwakili,” ujarnya di Jakarta, Senin (20/10).
Ia menjelaskan, posisi dilematis itu berimbas pada absennya gagasan besar yang dapat merepresentasikan arah politik Gibran sendiri.
“Selama setahun ini, belum terlihat gagasan kuat atau program yang bisa diasosiasikan sebagai inisiatif khas Gibran yang relevan dengan kebutuhan anak muda,” kata Iqbal.