jpnn.com - Prof Zainuddin Maliki selaku penasihat menteri desa dan pembangunan daerah tertinggal (PDT) mengatakan keinginan pemerintah untuk memutus ketergantungan impor pangan sangat kuat.
Masalahnya, kata dia, tren dari 30 tahun terakhir menunjukkan peningkatan ketergantungan terhadap impor pangan, terutama pada komoditas seperti beras, gula, dan gandum.
"Guna memutus ketergantungan impor pangan, salah satu pilihan strategisnya adalah memperkuat desa," kata Prof Zainuddin Maliki dalam diskusi publik akademik Fraksi PAN MPR-RI di Jakarta, Senin (12/5/2025).
Dalam diskusi publik akademik bertajuk Peran Legislatif dalam mewujudkan Kedaulatan Pangan itu, Prof Zainuddin Mmenyampaikan bahwa aset dan potensi desa jika dikelola dengan baik, lebih dari cukup untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Di sinilah menurut dia relevansi untuk memperkuat tata kelola, kapasitas sumber daya manusia dan kewirausahaan, akses pembiayaan, kelembagaan, serta infrastruktur ekonomi desa.
"Sayangnya selama 30 tahun terakhir desa kurang mendapat sentuhan yang berarti sehingga tren ketergantungan impor cenderung meningkat," ujar anggota DPR RI F-PAN periode 2019-2024 itu.
Menurut Prof Zainuddin, mengutip data FAO, misalnya, Direktur Eksekutif Kopi Nusantara Daslaknyo Wisnu mencatat bahwa selama 1993-2023 terjadi peningkatan impor beras 12,762%.
Sementara itu, tahun 2023 BPS merilis total impor komoditas beras sepanjang Januari-November 2023 mencapai 2,53 juta ton dengan nilai USD 1,45 miliar. Penyumbang terbesarnya adalah Thailand 45,27 persen Vietnam 41,49 persen, dan Pakistan 7,17 persen.