jpnn.com, PALEMBANG - Pembangunan jalan khusus batu bara sepanjang 120 kilometer di Sumatera Selatan sudah dalam tahap pengerjaan.
Namun, imbas dari pembangunan tersebut, aktivitas pertambangan batubara di sejumlah wilayah di Provinsi Sumsel mengalami penurunan tajam dalam beberapa bulan terakhir.
Sejumlah perusahaan tambang di wilayah Muara Enim dan Lahat bahkan menghentikan sementara operasional akibat belum terhubungnya jalan khusus angkutan batu bara yang masih dalam tahap pembangunan.
“Batu bara di Sumsel, khususnya di Muara Enim dan Lahat, drop-nya besar sekali, lebih dari 50 persen,” ungkap Ketua Asosiasi Pertambangan Batu bara Sumsel (APBS) Andi Asmara, Senin (20/10/2025).
Kondisi itu terjadi karena akses distribusi batubara yang belum sepenuhnya tersambung.
“Targetnya, seluruh tambang bisa saling terhubung mulai dari Tanjung Enim ke tambang BAS milik Grup Titan, PT Bara Murti, eks tambang ABS, GGB, lalu ke Banjar Sri Bumi atau C-Way RDP, hingga akhirnya tersambung ke jalan SLR,” ujar Andi.
Andi mengatakan penyelesaian jalan khusus ini menjadi kunci untuk memulihkan aktivitas tambang dan memastikan pasokan batu bara tetap stabil.
“Kalau jalur ini selesai, distribusi akan lancar. Sekarang banyak perusahaan memilih berhenti karena biaya logistik terlalu tinggi kalau tetap lewat jalan umum,” kata Andi.