jpnn.com - Suara takbir dari kampung sebelah itu terdengar sayup.
Ini Lombok Timur. Hujan menggutus di malam Lebaran. Sudah lama. Sejak lepas tengah hari. Sejak saya merapat di dermaga Kayangan -baru tiba dari Pulau Moyo.
Pun sampai menjelang berbuka puasa, hujan belum berhenti. Lombok Timur sangat basah. Azan magrib terasa lebih lambat datang. Penantian saat berbuka terasa lebih lama.
Ikan bakar di atas panggangan itu terasa mengejek kami yang sudah lama menanti. Ejekannya terasa kejam. Ikan itu terlalu besar. Mulutnya menganga -bisa dimasuki bola tenis. Aroma bakarnya kian membuat perut melilit: ikan kerapu. Belum pernah melihat kerapu sebesar ini. Kerapu segar. Seberat 12 kg.
"Dari mana kerapu raksasa ini," tanya saya.
"Dari situ," jawabnya sambil menunjuk laut di sebelah tempat saya menginap ini. "Tadi mancing di sana," tambahnya.
Hari pertama tiba di Lombok Timur kami berbuka dengan udang hasil menjala sendiri.