jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno merespons rencana pemerintah mengalihkan impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura ke Timur Tengah dan AS.
Menurut Eddy, langkah ini harus didahului dengan riset keekonomian yang detail dan terbukti memberikan keuntungan bagi Indonesia dibandingkan dengan impor dari Singapura.
"Perlu riset lebih lanjut tentang apakah spesifikasi di Timur Tengah dan AS sesuai dengan yang dibutuhkan dan harga akhir impor sampai ke pembeli tetap kompetitif dengan pasokan yang terjamin," kata Eddy dalam keterangannya, Senin (12/5).
Di sisi lain, Eddy berharap upaya mengalihkan impor ini diimbangi dengan upaya mempercepat transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan.
"Rencana pengalihan impor BBM ini sebaiknya dibarengi dengan percepatan pembangunan energi baru dan terbarukan (EBT), serta transformasi sektor hilir energi agar lebih efisien dan ramah lingkungan," saran Eddy.
Eddy menegaskan langkah tersebut bukan hanya soal mengganti pasokan dari luar dengan produksi dalam negeri, tetapi juga soal mengarahkan energi ke sumber yang lebih bersih.
"Kita tidak bisa terus menerus bergantung pada energi fosil di saat dunia bergerak ke arah dekarbonisasi,” tegasnya.
Doktor Ilmu Politik UI ini mendorong pemerintah untuk segera mempercepat pembangunan dan modernisasi kilang dalam negeri, memberikan insentif bagi pengembangan energi hijau, serta memastikan adanya roadmap transisi energi yang jelas dan inklusif.