jpnn.com, KUANSING - Di tengah derasnya aliran Sungai Kuantan, seorang bocah lelaki berdiri gagah di ujung haluan perahu panjang Pacu Jalur. Tubuhnya kecil, gerakannya lincah, dan tatapan matanya penuh percaya diri.
Dia menari, bukan di atas panggung, melainkan di atas sampan yang melaju kencang didayung puluhan pria dewasa.
Nama anak itu Rayyan Arkan Dikha. Usianya baru sebelas tahun, tetapi, aksinya sebagai penari haluan dalam istilah lokal disebut Togak Luan telah mengantarkannya menjadi viral hingga ke luar negeri.
Gerakannya yang khas, enerjik, dan spontan saat berdiri di ujung haluan perahu Pacu Jalur membuat banyak orang terpesona.
Tak sedikit yang ikut memparodikan tariannya di media sosial, bahkan, hingga ke mancanegara dan disebut Aura Farming.
Dikha adalah anak dari pasangan Rani Ridawati (36) dan Jupriono (40), warga Desa Pintu Gobang Kari, Kecamatan Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau.
Ibu Dikha bekerja sebagai honorer di BPBD Kuansing, sementara sang ayah adalah seorang kuli bangunan sekaligus atlet Pacu Jalur.
Di rumah, Dikha dikenal sebagai anak yang pendiam, santai, dan tidak banyak bicara. Namun, siapa sangka, saat berdiri di haluan perahu, ia berubah menjadi sosok yang memukau ribuan penonton.